Rabu, 06 April 2016

ADAKAH AKU? #EVENT_FSTS

Simfoni Hitam-Sherina
Adakah aku?
~RAIN~
Malam sunyi kuimpikanmu.
Ku lukiskan cita bersama.
Namun selalu aku bertanya.
Adakah aku di mimpimu.
Tak henti aku tersenyum menyapa penghuni dunia. Melangkah lebar menuju gedung tua yang mengantarku bertemu cinta. Cinta yang membangkitkan hasrat untuk selalu ingin tahu tentangnya. Untuk selalu memandangnya penuh memuja. Membayangkan kisah yang akan kami rajut bersama. Memimpikan dia yang balas menatapku penuh cinta.
Mimpi semalam yang terasa begitu nyata membuatku melupakan kenyataan yang terpampang jelas di depan mata. Melupakan bahwa hanya aku yang mencinta. Melupakan bahwa kemungkinan kecil dia membalasku dengan cinta yang sama.
“Hallo Kak. Selamat pagi.”
Dia tak menyahut. Berbalik badan meninggalkanku yang berdiri di ambang pintu. Sudah biasa. Hey, apa kau bilang? Biasa? Hanya sekedar merespon salam umum yang kau ucapkan saja dia enggan. Apalagi merespon perasaanmu? Kau masih mau lanjut dengan sakit tanpa kesembuhan atau berhenti menemukan kebahagiaan? Aku mengangkat bahu menjawab teriakan batinku. Melangkah memasuki gedung dan bergabung dengan yang lain.

Di hatiku terukir namamu, cinta rindu beradu satu.
Namun s’lalu aku bertanya, adakah aku di hatimu.
Aku mendesah lelah merasakan cinta yang bergemuruh mengelu-elukan namanya seusai berada dalam satu waktu dan tempat yang sama dengannya. Juga merasa senang dengan emosi lain yang ditimbulkan oleh perasaan cinta. Merasakan emosi positif yang lebih dulu dialami teman seperjuanganku yang tiap malam mencurahkan kisah cinta bersama anak adam yang memilihnya. Walaupun kutahu pasti beda sensasinya mencintai dan dicintai dengan mencintai tanpa dicintai kembali.
“Kau tak bosan melakukannya?”
Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya. Menutup buku harianku yang berisi tentang dia yang kucinta. Menuliskan namanya diakhir kalimat pendek yang mendeskripsikan pertemuanku kali ini dengannya.
“Tidak. Seperti kau yang tak pernah bosan bercerita tentang kekasihmu yang selalu kau rindukan padahal setiap hari bertemu itu.”
Dia mendengus ketara mendengar balasanku. Aku terkikik.
“Kau tahu kan, dia orang pertama yang membuatku merasakan apa itu cinta selain cinta pada keluargaku dan sanak saudara. Dia yang membangkitkan perasaan lebihku terhadap lawan jenis setelah 19 tahun lamanya tak tersentuh. Bagaimana bisa aku akan bosan untuk mengukir namanya di buku kesayanganku.” tambahku beranjak dari ranjang menggenggam erat lembaran-lembaran berisi pengalaman berkesan dalam hidupku.

Bila saja kau di sisiku, kan kuberi kau segalanya.
Namun tak henti aku bertanya, adakah aku dirindumu.
Jantungku berpacu cepat melihatnya terkapar tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Aku melesat segera saat mendengar kabar dia mengalami kecelakaan tunggal yang langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat kampus. Lukanya tak begitu parah, namun juga tak bisa dikatakan baik-baik saja. Di sampingnya, berdiri seorang gadis membantunya membasahi tenggorokan dengan segelas air melalui sedotan. Aku berjalan di belakang punggung ketua UKM kami. Meringis saat pandangannya yang lembut menatap gadisnya berubah datar ketika menangkap sosokku.
“Kenapa bisa gini?”
“Ngantuk. Gak merhatiin ada becak lewat. Banting setir ya endingnya kau bisa menebak sendiri.”
Aku hanya bisa menahan nafas mendengar percakapan mereka sekaligus melihat gadis di sampingnya yang mengusap kepalanya yang diperban itu berulang. Selain memanjatkan doa, aku bisa apa melihatmu begini, Kak? Coba saja kau izinkan aku di sisimu. Aku akan berusaha mengumpulkan cara untuk membuatmu terbebas dari rasa sakit akan luka itu. Tapi, kau saja tak sudi untukku lihat. Apalagi mengizinkan aku menyentuhmu? Menyembuhkan luka yang bersarang di tubuhmu.
Lidahku kelu. Ku rasakan nafaku mulai memburu. Berlomba dengan kedua kelopak mataku yang siap mempersembahkan hasil produksinya. Ku alihkan pandangan. Aku semakin tak mampu berbuat apapun melihat kekasihmu yang begitu membuatmu nyaman dengan caranya mereduksi kesakitanmu.

Tak bisa kah kau sedikit saja dengar aku
Dengar simfoniku, simfoni hanya untukmu
Salahku dari awal yang begitu berani menaruh hati padanya yang sudah menemukan pelukan ternyaman. Aku menghentakkan kaki berulang kali berharap rasa sakit yang menghimpit ini lelah dan memilih menyingkir. Mengusap kasar air mata yang sudah tak mampu ku tahan sejak keluar dari kamar inapnya. Aku paham sikap ramahnya berubah 180 derajat setelah aku dengan keberanian yang kukumpulkan selama seminggu mengungkapkan cinta padanya. Menutup mata bahwa dia sudah ada yang punya. Menutup telinga akan kisah cinta mereka yang terjalin sejak SMA. Aku paham kenapa dia berubah kejam seperti itu. Jika dia berbuat sebaliknya dengan hati yang tak pernah bisa kuraih, itu lebih menyakitkanku. Lebih baik secara gamblang dia tak bisa merespon baik perasaanku. Aku tahu itu. Aku sangat tahu.
“Saranku, kamu berhenti. Tak seharusnya kam---”
“Ya aku tahu, Kak. Aku menangisi sikapku. Bukan sikapnya terhadapku.”
Dia mengangkat bahu. Mengusap bahuku sekilas sebelum meninggalkanku yang kembali menangis di bangku taman kampus yang sepi di malam senin penuh kelabu. Sakit, tapi aku tak kuasa membuang perasaan ini. Hanya mengabaikannya saja terasa begitu sulit. Setahun berlalu memaksa untuk tak mengacuhkan malah membuat perasaan ini semakin utuh. Aku menyayanginya tanpa pamrih, Tuhan. Kenapa yang kuterima hanya kebahagiaan yang menyimpan perih?

T’lah kunyanyikan alunan-alunan senduku.
T’lah kubisikkan cerita-cerita gelapku.
T’lah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku.
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu.
Untukmu yang ku cinta sepenuh hati...
Maafkan aku yang mengganggumu karena perasaanku, Kak. Maafkan aku yang dengan tanpa pikir panjang membiarkanmu tahu perasaanku. Aku tak kuasa hanya berbagi rasa ini berdua dengan Tuhan. Aku lelah harus menahan gejolak rasa yang selalu mengelu-elukan namamu dengan sempurna. Oleh karena itu, sebaiknya aku pergi. Enyah sesuai keputusan hati. Enyah karena kemampuan menahan perasaan ini semakin sulit untuk kukuasai. Enyah dari Kakak kemungkinan kecil bisa kuraih. Selamat tinggal, Kak. Jagalah diri Kakak baik-baik.
With love
Aku yang mencintaimu sepenuh hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar