Selasa, 24 Desember 2013

MISS JUTEK KETEMU CINTA PART 30 (EPILOG)

Malam cukup cerah menurut pandangan seluruh penghuni di muka bumi. Tapi bagi Ify? Malam ini adalah malam sangat cerah. Walaupun bintang sekarang sok banget menyembunyikan dirinya di balik awan. Istilahnya tak mau diajak kerja sama untuk menerangi bumi untuk saat ini. Di hari special baginya. Hari yang sangat ia tunggu-tunggu. Hari dimana ia tak akan lagi dianggap anak kecil, tak akan lagi diangkap kurang cukup umur saat mengintip teman-temannya yang tengah menonton film horror produksi Indonesia. Tahu sendiri kan, film horror bikinan Indonesia gimana? Jauh banget dari kata yang benar-benar horror. Horor sich, horror waktu lihat adegan syurnya. Nah dia? Pas lagi jam kosong waktu itu, salah satu teman sekelas jahil banget. Dia berani-beraninya menonton salah satu film horror Indonesia yang ada adegan tengkar betulan antara DP dan Jupe. Pas udah sampai di adegan itu, tiba-tiba film di pause. Dia berteriak “Eh tutup mata Ify. Belu cukup umur dia. Masih di bawah pengawasan orang tua.” Anjir banget. Ify langsung mencak-mencak lihat teman-teman sekelasnya ketawa. Orang sama-sama kelas tiga juga kan? Walaupun belum tujuh belas sich. Tapi apa bedanya? Beda lah.
Ify menatap para undangan yang rata-rata teman sekelas dan beberapa teman satu angkatan yang hanya dia kenal, satu persatu mulai memasuki pintu masuk. Ia tak sabar untuk meniup lilin ulang tahun umur 17nya. Lilin 17 itu telah berdiri tegak di atas kue tart bentuk stich ukuran besar yang berada di atas panggung kecil di tengah-tengah kolam renang ukuran rumahan. Party ulang tahunnya kali ini diadakan di halaman belakang rumah yang di dekorasi sedemikian rupa. Panggung minimalis lengkap dengan beberapa alat musik, seperti keyboard dan gitar. Di acara ini, Via dan Agni bersedia untuk memberikan penampilan special untuknya. Shilla? Ify tak habis pikir dengan jalan pemikiran Shilla. Apa mau gadis itu sampai-sampai bergabung menggantikan posisi kak Zahra di Z2D yang sekarang ganti nama DESHIVA (Dea-Shilla-Zeva). Mereka bertiga cukup tenar selain tenar dari segi perilaku yang bisa dibilang kurang baik –tukang bully masih jadi profesi- juga karena ketiganya cantik dan menarik. Kemodisan mereka dalam berbusana juga menjadi daya tarik mata pria untuk melihatnya. Apa boleh buat, mungkin dia nyaman dengan kehidupannya sekarang. Dia lama-lama capek ngoceh panjang lebar agar gadis itu bersamanya kembali. Rasanya tak masuk telinga kanan, juga tak keluar telinga kiri.
“Duh… yang jadi ratu malam ini cantik bener.”
Seruan seseorang yang sangat ia kenal, membuatnya mengalihkan pandangan ke sumber suara. Sudah ada kak Zahra, Via, dan Agni disana. Kedekatannya dengan Gabriel yang sebatas kakak-adik membuat Ify mengenal lebih sosok kak Zahra yang ternyata ramah, lembut, tapi tegas. Dia nyaman dengan kak Zahra. Berasa punya kakak cewek. Itu juga berlaku bagi Agni dan Via. Ketiga orang yang pasti masuk dalam daftar undangan itu langsung menyerbunya dengan pelukan sahabat. Sampai-sampai ia kewalahan sendiri untuk menanggapi sikap mereka.
“Kalian apa kabar? Kangen gue.”Tanyanya singkat dan intonasi datar.
Ketiganya melengos. Si Ify ini walaupun udah sembuh penyakit tak berekspresinya, tapi masih saja kumat-kumatan. Cuma Rio memang obat paling ampuh. Kalau ada pemuda itu, kalimat tanya benar-benar pakai intonasi bertanya. Gak kayak ini, datar. Bikin bĂȘte’. Udah cantik juga.
“Please deh nada ngomong loe Fy.”Tegur Via yang paling dekat dengan Ify tapi masih dapat perlakuan sama dari Ify seperti teman-teman lainnya.
“Hehehehe… sorry. Kalian apa kabar?”Tanyanya lagi.
“Gue baik donk.” Jawab Via langsung sembari tetapmerangkul Ify.
“Gue juga.” Agni menjawab.
“Kakak juga baik.”
Senyum Ify mengembang. Ia lantas menarik ketiga sahabatnya meninggalkan tempat ia berdiri tadi tak jauh dari pintu masuk, menuju gazebo belakang depan panggung.
“Kak Zahra kapan nyampek Jakarta?”Tanyanya.
“Tadi pagi Fy.”
Ify mengangguk. Kak Zahra sudah lulus tahun kemarin dan meninggalkan Jakarta dan memilih menetap sementara di pulau orang, tepatnya di kota Makasar. Kak Zahra menetapkan pilihan mengambil jurusan sosiologi. Kenapa di Makasar? Karena salah satu universitas di sana yang dipilih kak Zahra, jurusan sosiologinya lebih detil disbanding di pulau Jawa. Lebih bagus. Jadinya ya, Kak Zahra dan Kak Gabriel LDR. Kak Gabriel sendiri kuliah di UI ambil jurusan teknik mesin.
Obrolan semakin panjang seraya menunggu undangan memenuhi halaman belakang. Rio dan Alvin telah hadir dan bergabung bersama Ify dkk. Terpaksa Ify menekan rasa kecewa mendengar penuturan dari Alvin maupun Rio bahwa Cakka dan Gabriel tak bisa hadir karena berhalangan. Padahal Ify lagi on fire ingin ngerjain kak Cakka. Suara MC –yang dipercayai keluarga Ify untuk mengatur acara ini- menyadarkan mereka dari obrolan-obrolan sekedarnya dan langsung berkumpul dekat panggung kecil.
***
Gadis berulang tahun itu telah berdiri di atas panggung bersama kedua orang tua dan adik paling ganteng yang ia punya, Deva. Ready banget untuk meniup lilin angka 17 itu, sampai-sampai Ify dari naik panggung hingga berdiri di atas panggung senyum itu terus mengembang. Rio yang berada di depan panggung menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah calon gadisnya. Yap, masih calon. Selama 2 tahun kenal dan dekat, masih tak mengubah status calon gadisnya menjadi gadisnya. PHP gak sih kalau gitu? Enggak donk. Batin Rio membantah. Kan kalau PHP itu gak memberi kepastian terus ninggalin tiba-tiba, terus muncul dengan kabar sudah berhubungan dengan yang lain. Tapi kalau dia kan nggak. Jadi dia bukan orang yang masuk daftar PHP. Catat itu, karena sampai sekarang. Dia masih berada di samping gadis itu. Gak ke siapa-siapa. Stuck hanya di Ify.
“Fy, Fy, nyengir mulu yang mau ke tujuh belas. Sian deh baru gedhe.”
Ify langsung menoleh ke sumber suara. Lengkungan di bibir langsung lurus. Dahinya mengernyit. Via. Biasa tuh anak. Jahil mulu jadi orang. Lihat tuh. Dia langsung angkat tanda peace tinggi-tinggi saat tatapannya menyalang lurus. Suara MC langsung mengembalikan suasana semula.
“Ayo kita nyanyi bareng-bareng selamat ulang tahun untuk Alyssa.”
Nyayian itu merata memenuhi ruangan terbuka itu. Saat berubah kalimat menjadi ‘Tiup lilin’, Ify membungkuk. Sebelumnya ia panjatkan doa. Dalam hitungan detik, api kecil lilin itu langsung mati digantikan tepukan meriah. Rasa bahagia terus mengalir di tubuh Ify. Di umur 17 ini, ia akan mendapatkan KTP, ia sudah bisa ikut menyumbangkan suara di pemilihan umum, ia sudah mendapat SIM, dan terlebih ia sudah mendapat pemikiran bahwa ia telah dewasa, yang mengharuskan ia untuk mengubah sikap-sikap buruknya selama masa remaja. Terima kasih Tuhan. Hingga umur 17 ini, ia masih di beri kesempatan untuk tetap menginjak dunia fana ini.
Ify meraih pisau khusus di sebelah kue tartnya. Sebenarnya Ify sendiri tak tega untuk memenggal di bagian leher kue tart stich itu. Lucu sich. Pinter banget yang bikin. Tepukan tangan kembali terdengar saat Ify mulai menancapkan pisau khusus itu. Dia membuka mata dan tersenyum. Dengan perlahan, ia menaruh bagian kue yang terpotong ke wadah yang terhias cantik.
“Kue pertama untuk siapa Ify?” MC bersuara.
Ify langsung memutar tubuh menghadap kedua orang tuanya, lebih tepat ke mama dahulu. Satu suapan telah masuk di mulut Mama seiring dengan kecupan pipi yang diberikan oleh mama. Ify menggeser sedikit berhadapan dengan papa.
“Ini untuk Papa. Anak Papa udah gedhe loh. Awas aja masih dibilang kecil-_-” Bisik Ify.
Papa tertawa. Lantas membuka mulutnya memberi akses kue itu masuk ke dalam mulutnya. Setelah kunyahan itu terhenti. Papa meraih kepala Ify, dan mengecup dahi putri satu-satunya itu.
“Yang kedua Ify?” Kembali si MC bersuara.
Ify yang baru saja memotong untuk kedua kalinya, memainkan bibir berfikir.
“Gue gak loe kasih kak? Sian deh gue jadi adik yang tak dianggap.”
Suara tawa terdengar. Ify menahan senyum. Oh iya ada Deva. Baru sadar dia. Ify berbalik menghadap Deva.
“Kecil sich loe. Gak lihat gue jadinya. Nih buat loe adik gue yang paling gue sayang.”
Deva melengos memutar bola matanya. Terpaksa ia membuka mulut. Ify sendiri udah cekikikan, sampai ia pegang garpu kue itu gemetar. Setelah kue itu tertelan habis, Deva berjijit sedikit karena tingginya hanya sepelipis Ify. Mengecup kilat pipi sang kakak.
***
Setelah seluruh ritual ulang tahun selesai. Ify dan keluarga sudah berkumpul di depan panggung. Selain mengundang teman-teman dekatnya, Ify juga mengundang orang tua teman dekatnya, seperti orang tua, Via, Agni, dan lain-lain. Seluruh undangan telah pecah focus ke hidangan yang disajikan yang telah tersedia di stan makanan dan minuman. Alunan musik yang dimainkan oleh Deva menjadi backsound. Ify tersenyum kecil melihat adiknya tengah menyanyikan lagu kesukaan mereka berdua yang membuat Mama sempat ngambek. Lagu milik ada band yang dinyanyikan duet dengan gita gutawa, yang terbaik untukmu. Sentuhan lembut mengagetkan Ify dari fokusnya menyaksikan Deva.
“Tante Manda.” Serunya senang lantas langsung memeluk sosok wanita paruh baya itu.
“Maaf ya, Tante sama Om terlambat. Masih nunggu Om-nya meeting.”
Ify melepas pelukan. Ia beralih pada pria paruh baya di samping Tante manda. Pria itu masih mengenakan kostum kerjanya yag terlihat sedikit lusuh karena lelah. Terlihat sekali dari wajah walaupun beliau memaksa memperlihatkan senyum hangatnya.
“Terima kasih Om udah hadir di ulang tahun Ify. Om pasti capek.”
Tangan kanan Om Zeth terulur mengusap rambutnya.
“Iya. Nggak kok. Om gak capek kalau udah ketemu calon menantu Om.”
Mata Ify membulat. What?? Menantu? Eh ralat, calon menantu?
“Maksud Om?”
Om Zeth hanya tersenyum. Ify gak suka deh kalau lihat orang senyum macam Om Zeth kali ini. Bikin kepo. Ify merasakan tubuhnya dibalik menghadap panggung kembali. Belum sempat bertanya, mata Ify lebih mendelik lagi. Sudah ada Rio stand by dengan gitar menatapnya dalam. Lengkap dengan senyum yang membuat Ify bisa-bisa pingsan di tempat. Di tatap aja udah bikin nafas ngos-ngosan, gimana di senyumin? Mama, Papa, Deva, tolong, anakmu ini nyaris dibunuh oleh pesona kak Rio. Dasar kak Rio, penjahat melelehkan. Apaan??
“For you Alyssa..”
Suara berat merdu itu membuka penampilan Rio. Pembukaan saja udah bikin Ify sedikit lelah menyanggah tubuhnya sendiri. Apalagi selanjutnya? Masih intro, dan hanya suara gitar yang terdengar. Kalian pasti pernah merasakan bagaimana saat kalian dihadapkan oleh sosok yang selalu kalian impikan, sosok yang sangat sulit bagi kalian untuk menghiraukan pesonanya, sekarang malah dengan tiba-tiba tanpa memberitahunya dahulu, benar-benar sengaja memancarkan pesona yang lebih-lebih dibanding biasanya? Memaksa kalian untuk terus melihatnya, tak memberi kalian kesempatan untuk mengalihkan pandangan, seenggaknya untuk melirik saja. Yang ia mau hanya kalian yang terus menatapnya. Pernah kan? Gimana rasanya? Pertama pasti perut mules. Rasanya kayak ada yang ngubek-ngubek. Mules-mules geli gitu. Lidah di daerah tenggorokan mempause produksinya dan ikut hanyat dalam pesona. Butuh air-butuh air….
It’s a beautiful night,
We’re looking for something dumb to do
Hey baby...
I think I wanna marry you...

Is it the look in your eyes
Or is it this dancing juice
Who cares baby...
I think I wanna marry you...

Well I know this little chapel
On the boulevard we can go
No one will know
Come on girl...
Who cares if we’re trashed
Got a pocket full of cash we can blow
Shots of patron
And it’s on girl...

Don’t say no, no, no, no no
Just say yeah, yeah, yeah, yeah yeah...
And we’ll go, go, go, go go
If you’re ready, like I’m ready...

Cause it’s a beautiful night
We’re looking for something dumb to do...
Hey baby...
I think I wanna marry you...

Rio mengakhiri lagu yang ia nyanyikan hanya sepenggal lebih(?). Senyum mautnya yang tak hanya menghanyutkan Ify, tapi juga gadis-gadis yang menjadi mantan adik kelasnya sekarang juga ikut korban maut senyumannya itu, masih terus ia perlihatkan. Menatap gadis yang di ujung tak jauh dari panggung bersama kedua orang tuanya, dan kedua orang tua gadis itu tentunya. Rio sempat terpaku dengan sosok Ify malam ini. Walaupun ia sering melihat gadis itu terlihat manis dan cantik dalam kesederhanaannya, tapi malam ini, Ify benar-benar wah. Dia sempat mempelototi beberapa, bukan beberapa, kebanyakan cowok yang menjadi teman sekelas dan seangkatan Ify memuja dan membawa gadis itu dalam imajinasinya. Gak jauh-jauh dari imajinasi liar, apalagi saat melihat bibir Ify yang merona merah walau tanpa lipstick. Jujur, senakal-nakalnya Rio yang suka mencari kesempatan untuk mencium pipi atau hidung Ify, dia bersumpah untuk tak akan menyentuh bagian bibir, sebelum Ify benar-benar sah menjadi miliknya. Dan sampai sekarang, hal itu benar-benar tak ia lakukan. Walaupun pernah ingin, tapi akalnya segera sadar untuk mengerem apa yang ia lakukan.
“Alyssa, mau gak jadiin aku suami kamu?”
Degh….. Otak Ify blank. Mati-matian Ify mengatur nafasnya. Raut wajahnya cemas-cemas campur bahagia. Susah payah Ify menelan ludahnya. Ify melirik kanan kiri. Om Zeth dan tante manda kenapa udah gak di sampingnya. Lantas ia menoleh, mereka tak jauh darinya bersama kedua orang tuanya. Dahi Ify mengernyit, kok Mama, Papa gak syok sich anaknya dilamar pas masih status siswa gini? Pelan-pelan, kaki Ify melangkah mundur. Entah apa maksudnya.
Alis Rio terangkat melihat reaksi Ify. Gadis itu melangkah mundur. Ia semakin mendekat. Sorakan undangan masih terdengar. Berhenti saat ia telah berada tepat di hadapan Ify dan berhasil meraih kedua telapak tangan Ify. Rio hampir tertawa. Senyum geli terhampar di wajahnya. Tangan Ify basah dengan keringat dingin. Benar-benar basah. Udah kayak habis cuci tangan. Rio menundukkan kepalanya menyamakan posisi wajah Ify yang hanya sebatas pelipisnya.
“Alyssa?? Kamu mau gak jadiin aku suami kamu?”Tanyanya mengulang.
Mata Ify mengedip-ngedip seiring dengan nafasnya yang sangat ketara oleh Rio ulai tak normal.
“Stabilin nafas kamu…” Bisiknya.
Ify meringis mencoba menstabilkan nafasnya. Duh… jangan asma please, jangan. Masak gini doank asma? Gimana first kiss, lebih-lebih first nightnya? Pingsan kali. Plak… Ify mikir apa? Plese Fy, pikiran loe-_-
“Mak-mak-maksud kakak, nikah..?”Lirihnya.
Rio mengangguk. Tangan kanannya terulur menyentuh dagu tirus gadis yang menunduk itu. Memaksa Ify untuk kembali menatap kedua matanya. Sialan. Tadi disuruh stabilin, tapi sekarang malah dibikin kumat. Tarik nafas baik-baik Ify. Jempol Rio masih menari di pipi Ify, menanti jawaban gadis itu. Hembusan nafas Ify yang berusaha untuk kembali normal, menerpa wajahnya, mengingat jarak mereka hanya sejengkal. Kak Rio sialan.
“Gimana?”Tanyanya tak sabar.
Ify memejamkan mata, lantas membukanya kembali.
“If-Ify ma-masih sekolah Kak.”
“Gak sekarang nikahnya. Aku tunggu kamu sampai lulus bulan juni nanti. Lepas kamu menjabat sebagai siswa SMA, kita akan melangsungkan pernikahan.”Jelas Rio sungguh-sungguh. Matanya menajam menandakan bahwa ia benar-benar serius meminang Ify.
“Mama…Pa-Papa..?”
“Aku sudah meminta izin pada mereka----”  Rio mendongak menatap kedua orang tua Ify yang berada di belakang anak gadisnya.
“Alhamdulillah mereka mengizinkan dengan syarat-syarat yang baru bisa aku penuhi selama setengah tahun ini.”
Kelopak mata Ify membuka penuh. Mempersiapkan setengah tahun. Itu berarti kak Rio memintanya kepada kedua orang tua sudah lama? Kenapa mereka tak berbicara apa-apa?
“Gimana Alyssa? Bersedia untuk menerima aku menjadi suami kamu?”Tanya Rio sedikit lantang. Mengundang sorakan riuh kembali setelah beberapa menit hening.
Ify menarik nafas dalam-dalam seiring dengan melepas pelan kedua tangan Rio yang telah berada di kedua pipinya. Menggenggamnya erat. Mencari kekuatan untuk bersuara. Namun akhirnya, hanya anggukan yang ia gunakan sebagai jawaban. Rio tak bisa lagi menahan senyumnya. Sungguh, selama menanti jawaban gadisnya walaupun ia optimis akan diterima, tetap saja membuat jantungnya dag-dig-dug waspada. Ia sudah mempersiapkan kemungkinan jika Ify menolak. Tapi syukurlah, gadis itu mau untuk ia jaga. Dengan gemas Rio mengacak-acak rambut Ify yang tergerai melihat rona di pipi gadis itu.
***
Papa dan Mama sudah bercerita semua dari awal, bahkan Tante Manda –yang sekarang minta dipanggil mama juga- dan Om ikut membeberkan. Ify tak menyangka Kak Rio benar-benar serius untuk menjadikannya sebagai pendamping. Sentakan-sentakan yang terlontar dari kedua orang tua kak Rio maupun kedua orang tuanya, dirasakan oleh pemuda itu. Kak Rio sendiri bilang lebih susah meminta izin pada kedua orang tuanya, mengingat ia baru lulus dan baru menjalankan hidup sebagai mahasiswa. Kak Rio memilih jurusan managemen bisnis di UI, dan niatnya di tahun depan Kak Rio akan mencoba untuk mengambil jurusan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam. (maaf kalo salah info masalah kuliah)
Saat meminta izin dulu, Kak Rio sampai didiemin sama Om Zeth selama beberapa hari. Dan saat waktu itu tiba. Waktu dimana kak Rio diizinkan, ia langsung melaksanakan aksi meminta restu pada kedua orang tua Ify. Jadi, kalo Ify pikir-pikir, kak Rio benar-benar berusaha keras, dan Ify tinggal terima enaknya. Salah sendiri gak bilang-bilang. Lagian kalau bilang, Ify ogah. Tapi, Ify janji. Ia akan berusaha menjadi pendamping hidup yang benar-benar baik di mata Rio –calon suaminya. Tapi gimana? Dia gak punya gambaran.
“Kamu mikirin apa? Mikirin nanti gimana berperilaku sebagai seorang istri?”
Ify tersadar. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Meringis tertahan. Kenapa Kak Rio harus tahu yang ada di kepalanya? Bikin malu. Tapi, Ify jujur saja. Ia mengangguk.
“Hahahaha… aku juga gak tahu gimana nanti harus bersikap layaknya seorang suami. Kita belajar bareng-bareng aja. Selama belajar, tetap bersikap layaknya kita sebagai teman seperti biasanya. Biar gak canggung.”
 Ify mengangguk. Dia berniat menggeser duduknya lebih kedepan.
“Gak usah macem-macem.”
Ify memasang tampang memohon.
“Nggak Ify. Tetap posisi seperti ini atau angkat kaki kamu dari kolam?”Ancaman Kak Rio membuatnya mengendus kesal.
Sekarang keduanya tengah berada di balik panggung yang sepi. Kak Rio sengaja membawanya kesini. Katanya sich buat nenangin kondisinya karena habis terapi jantung dadakan. Ify tentu saja langsung mencelupkan kedua kakinya. Ia baru bisa melakukan itu setelah berdebat kecil dengan kak Rio. Kak Rio bilang, takut ia nanti sakit. Akhirnya hanya dibolehin sebatas setengah lutut. Nyebelin gak sich?
“Kakak kenapa gak jadiin aku pacar dulu? Kenapa langsung ngajak nikah? Bikin syok tahu gak sich?”
Ify mendongak menatap kak Rio meminta jawaban. Kak Rio yang lagi enak-enak ngusap-usap puncak kepalanya yang lagi bersandar di bahu kak Rio, berganti ngusap-usap bahunya.
“Mmm kenapa ya? Aku fikir menjadikan kamu sebagai seorang istri lebih tepat dibanding hanya menjadikanmu sebagai kekasih. Lagian juga di agama kita, lebih baik nikah kan? Aku juga ingin serius sama kamu gak hanya sekedar serius hubungan remaja sekarang. Gak bagus menurutku. Mending manggil Papa, Mama pas udah nikah, dibanding masih pacaran kan?”Jelas Rio sedikit menyindir pacaran anak zaman sekarang.
Ify mengangguk-anggukkan kepala mengerti. Keduanya kembali terdiam. Ify sendiri semakin menyamankan posisinya dirangkulan Rio. Membiarkan tangan pemuda itu mengusap lembut rambutnya. Sedang tangan yang satu menggenggam erat kedua tangannya. Kadang sedikit meremas saat ia merasakan udara dingin menyergap.
“Kamu itu bagaikan oksigen buat aku. Gak ada kamu aku gak akan hi--------”

“Gombalan loe basi parah deh Yo.”
Rio menoleh ke belakang. Lantas melengos. Ia tetap mempertahankan Ify dalam rangkulannya saat gadis itu memberontak untuk dilepaskan. Sumpah Ify malu. Kak Alvin, Agni, Via, dan Kak Zahra yang nyamperin mereka. Parahnya lagi kedua orang tua kak Rio dan kedua orang tuanya menyusul menghampirinya. Ify melotot-melotot tak digubris oleh Kak Rio. Dasar nih Kak Rio. Baru saat ia memasang tampang penuh permohonan, Kak Rio baru ngelepasinnya.
“Cie.. yang setengah tahun lagi bakalan jadi pengantin baru. Jangan bikin anak dulu yee.”
Ify melotot. Tak lama pipinya merona. Rio hanya tertawa mendnegar celetukan Via. Gak ada sama sekali dalam pikirannya memiliki  anak untuk saat ini. Dia nikah bukan karena nafsu hal itu kali-_-
“Tunggu Ify nyelesain kuliah dulu lah Vi. Loe pikirannya kenapa ke sono? Pengen?” Serang Rio balik.
Sekarang Ify ketawa dan memelet-meletkan lidahnya mengejek Via yang dibikin skak mat oleh Rio. Rio melirik Alvin untuk langsung nenangin gadis itu.
“Rio berusaha banget untuk mengikat kamu, Sayang. Dia bertekad, akan menghidupi kamu dengan kakinya sendiri. Tanpa bantuan kami, termasuk dalam mengadakan acara pernikahan kalian nanti.”
Rio hanya tersenyum mendengar penuturan Mama Manda. Dia tak berniat menceritakannya pada Ify. Detik kemudian, ia langsung merasakan pelukan hangat dari gadis itu. Hatinya bahagia.  Sangat bahagia.
“Suatu saat ini, kalau aku bawa kamu meninggalkan kota ini, kamu siap?”
Dan perasaan itu lega saat mendapati anggukan dari Ify, bukan sekedar gadisnya tapi calon istrinya dan ratunya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar